JALAN SERTA YESUS
(dimuat dalam Majalah GKMI edisi Januari 2011)
Kita mungkin sering mendengar orang mengeluh,”Saya selalu berbuat baik. Menolong orang, menyumbang ini-itu, tapi kok hidup susah melulu?” Sebagai anak Tuhan, tentu kita tahu jawabannya. Bahwa Tuhan tidak butuh sogokan dari kita dengan perbuatan baik. Kewajiban kita hanya satu, yaitu jalan menurut jalanNya. Itu dulu, yang lain-lain akan menyusul.
Suatu hari, saya pernah ingin sekali mengepel rumah. Rasanya segar bermain air sekaligus membersihkan rumah. Tetapi karena di atas meja masih berantakan, saya menyuruh anak saya untuk membereskannya, sementara saya akan beristirahat sejenak. Tidak lama kemudian, saya bergegas mencari alat pel dengan semangat. Tapi apa yang saya lihat?
Anak saya sedang mengepel lantai, tetapi meja tetap belum dibereskan. Tentu saja saya marah, karena saya sedang ingin mengepel lantai. Apakah perbuatan anak saya tidak baik? Tentu saja baik, tetapi dia tidak menuruti kehendak saya. Saya memang bisa memaafkannya tetapi hati saya jadi tidak merasa senang 100%. Demikianpun Tuhan. Ia suka dengan pebuatan baik kita. Tetapi itu bukan intinya. Ia hanya ingin, kita menurut jalanNya.
Apa Artinya Menuruti Kehendak Tuhan?
Yesus pernah berkata, bahwa kehendak Bapa adalah makananNya. Menurut Ev, Daniel Alexander, makanan memiliki dua makna, yaitu pekerjaan sehari-hari dan bisa membuat kuat. Maka pekerjaan anak-anak Tuhan adalah menuruti dan melakukan kehendak Tuhan.Bukan berarti kita segera harus beralih profesi menjadi pendeta. Di dalam pekerjaan kita yang sekarang pun, tidak menjadi penghalang untuk melakukan kehendakNya sehari-hari, seperti kita makan.
Lalu apa kehendak Tuhan, yang harus kita lakukan? Kata Daniel Alexander, kita semua sudah tahu kehendakNya, yaitu agar semua orang selamat. Jadi tidak perlu lagi berdoa mencari-cari kehendakNya. Saat kita memilih untuk naik angkot saja, kita pasti sudah tahu rutenya. Maka kalau kita sudah niat untuk berjalan seturut dengan kehendakNya, maka sudah pasti kita tahu arahNYa, yaitu agar kita menjadi kitab yang terbuka. Setiap orang yang membacanya, akan melihat Yesus. Di dalam kita belajar, bekerja dan hidup berkeluarga, kita harus berusaha agar orang lain yang melihat, akan semakin percaya dengan Tuhan.
Jika kita memiliki saudara yang hidup bersama dengan kita, tetapi ia tetap membenci Yesus, berarti hidup kita tidak menurut kehendakNya. Atau adakah orang lain yang hidup bersama dengan kita dalam waktu lama, tetapi hatinya tetap tertutup bagi Yesus? Siapa tahu, sekarang saatnya kita untuk memeriksa diri, jangan-jangan kita belum jalan di jalanNya.
Setelah kita mengikuti kehendakNya, maka seperti makanan, kita akan dibuat segar dan sehat. Iman kita akan semakin kuat. Semakin kuat juga saat menghadapi persoalan hidup. Tidak mungkin orang yang mengikuti jalan dan kehendak Tuhan, akan mudah patah semangat dan hidup tak menentu bagai roda pedati. Justru ia akan kuat dan siap selalu terbang tinggi bagai rajawali!
Apa Tandanya?
Di awal tahun ini, Anda tidak mau hidup mengikuti arus begitu saja,bukan? Dengan hanya mengikuti arus, kita akan diombang-ambingkan gelombang. Hidup pun naik turun tak terkendali. Apa tandanya kita berada di jalanNya? Pertama, kita memiliki disiplin diri sehingga tidak mudah menyerah pada keadaan. Tentu saja kita harus berserah kepada Tuhan, tapi bukan menyerah pada keadaan.
Orang yang mengikuti jalan Tuhan, juga pasti dapat membuat tujuan-tujuan yang realistis dan berusaha menggapainya. Anda pasti pernah mengenal seseorang yang dengan penuh keyakinan, mentargetkan bahwa sekian tahun ke depan, ia akan memiliki rumah mewah. Padahal ia orang yang malas bekerja. Bukankah ini konyol?Setelah ia gagal mencapainya, ia barulah frustrasi dan mengatakan bahwa Tuhan tidak menolongnya.
Berjalan di jalan Tuhan membuat seseorang optimis sekaligus realistis. Keyakinan ini akan membuatnya selalu berusaha sekuat tenaga untuk meraih mimpinya. Hasilnya ia serahkan pada Tuhan. Saat ia gagal, ia bisa mengambil tindakan nyata untuk bangkit kembali. Jalan Tuhan memang tidak mudah, namun banyak emosi positif di sana. Banyak harapan dan cinta. Maka orang yang berjalan dengan Tuhan, tidak akan kesepian. Hatinya tidak kosong dan tidak bolong. Namun justru dirinya penuh dengan cinta. Sehingga, tidak ada waktu buatnya berselingkuh dan mencari-cari cinta dari orang lain. Justru ia bisa membagi kasihnya kepada orang lain.
Bagaimana Jika Tidak Di JalanNya?
Jalan Tuhan memang telah tersedia. Namun Tuhan tidak memaksa kira untuk berjalan bersamaNya. O, tentu saja Ia mengajak kita dan sangat berharap kita menerima ajakanNya. Tetapi semua adalah keputusan kira. Saya sering geleng kepala jika ada orang yang gagal dalam karier atau dalam berkeluarga, dan mengatakan bahwa ini sudah digariskan Tuhan kepadanya. ”Saya tinggal menjalaninya dengan iklas.” Kata orang psikologi, ini namanya rasionalisasi atau menghibur diri agar orang lain memaklumi perilakunya. Jelas ini tidak seturut dengan kehendakNya Saya punya kenalan, sebut saja si A. Jika menghadapi persoalan, ia bukannya mencari solusi dengan tindakan nyata, tetapi malah melarikan diri dengan bermain judi dan menggunakan narkoba. Malam ia berbuat begitu, besok paginya ia memberi makan beberapa pengemis. Katanya, perbuatannya itu untuk membayar dosanya. Anda pasti paham,bukan, bahwa A tidak berjalan di jalan Tuhan, apapun perbuatan baiknya.
Beberapa contoh sebelumnya memang kelihatan ’tidak benar’nya. Pornografi, mencuri, meggunakan narkoba, menyakiti orang lain, dan tidak mau memaafkan orang lain memang kelihatan jahatnya. Banyak dari kita yang sangat jauh dari perbuatan itu. Namun apakah itu berarti kita sudah berada di jalanNya?
Seringkali kita berperilaku yang seolah-olah benar, namun sejatinya itu menunjukkan kita telah menyeleweng dari jalan Tuhan. Itu terjadi saat kita membiarkan diri kita berkubang dengan rasa bersalah yang tidak ada habisnya. Orang lain, mungkin akan menilai kita adalah orang yang baik karena memiliki tanggung jawab yang besar, sehingga saat ada kegagalan kita merasa bersalah. Akan tetapi jika kita tidak segera memaafkan diri sendiri, itu juga sama artinya dengan berjalan di luar jalan Tuhan.
Munafik? Kehendak Tuhan seringkali berbeda dengan kehendak kita. Saat kita melakukan sesuatu yang berbeda dengan kehendak kita, memang seolah kita itu munafik. Inginnya berpacaran dengan si B, tapi mengaku benci dengan B. Munafik, bukan? Dengan kata lain menipu diri sendiri.
Tetapi Alkitab mencatat bahwa daging itu lemah. Maka harus didisiplin. Teori psikologi mengatakan, bahwa jika terjadi pertentangan antara keinginan daging dan kemauan untuk berdisiplin, maka yang sering kita lakukan berulang-ulanglah yang akan jadi kebiasaan kita. Awalnya, mengikuti kehendak Tuhan mungkin berat dan tidak menggugah selera. Akan tetapi jika kita berdisiplin dan melakukannya berulang-ulang, maka akan muncul kebiasaan kita yang seturut dengan kehendak Tuhan. Muncul kebiasaan baru, kebiasaan yang sesuai dengan maunya Tuhan.
Nah, sudah siapkah Anda memasuki tahun ini dengan berjalan di jalan Tuhan? Rumusnya satu, ”Balik kanan, majuuuuuuuuuu jalan!!!!”